Google Website Translator Gadget

Showing posts with label solusi. Show all posts
Showing posts with label solusi. Show all posts

Aug 31, 2012

Ehem.. Berhasilkan Ramadhan Kita..

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Ehem..
Diam tak diam, Kini kita telah berada di hari yang ketiga belas dari bulan Syawal. Artinya, dua pekan kita telah meninggalkan Ramadhan. Bulan yang penuh dengan keutamaan. Bulan yang sangat istimewa. Bulan yang di dalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Bulan dilipatgandakannya pahala. Bulan yang secara khusus diwajibkan puasa di siang harinya.

Dikala sibuk beraya, sibuk bertandang rakan taulan memenuhkan segala ruang yang ada, tidak adakah terdetik pertanyaan? Pertanyaan, sudah berhasilkah puasa Ramadhan kita? Tidak ada jaminan bahwa puasa kita berhasil dan diterima Allah. Karenanya para ulama salaf sangat sedih ditinggal Ramadhan dan mereka dengan sungguh-sungguh berdoa, bahkan selama enam bulan, agar amal Ramadhannya diterima.

Wahai Rabb kami... terimalah puasa kami, shalat kami, ruku' kami, sujud kami dan tilawah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
Tidak ada jaminan bahwa puasa kita berhasil. Tetapi kita bisa melihat bahwa suatu pekerjaan dikatakan berhasil bila ia mampu mencapai tujuannya. Adapun tujuan puasa, insya Allah kita semua hafal ayatnya. Ayat yang kita dengarkan hampir setiap hari di bulan Ramadhan. Kita mendengarnya dari para khatib, dai, muballigh, baik secara langsung atau melalui media. 
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kalian untuk berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa (QS. Al Baqarah : 183)
Itulah tujuan puasa. "La'alakum tattaquun." Agar kalian bertaqwa. Agar kita bertaqwa. Maka, jika selepas Ramadhan kita menjadi bertaqwa atau lebih dekat dengan taqwa dari bulan-bulan sebelumnya, dari tahun sebelumnya, insya Allah puasa kita berhasil. Dan seharusnya itulah yang terjadi pada kita di bulan Syawal yang artinya tidak lain adalah peningkatan. Namun jika kita semakin jauh dari taqwa, khawatirlah bahwa puasa kita sia-sia, tidak berhasil, tidak membawa apa-apa kecuali lapar saja.

Rasulullah SAW bersabda :

Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa baginya kecuali rasa lapar. (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah)
Tetapi, Bagaimana mahu mengukur ketaqwaan kita yang merupakan buah dari puasa Ramadhan? 

Taqwa secara umum berarti menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Definisi itu sering diulang-ulang oleh khatib Jum'at sehingga kita hafal di luar kepala. Sebuah pengertian yang mudah dihafal, tetapi amat luas dan berat dikerjakan.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan karakter orang yang bertaqwa dalam banyak ayatNya. Karakter-karakter itu memudahkan kita untuk mengevaluasi diri kita apakah kita sudah bertaqwa, atau sudah lebih dekat dengan taqwa. Dengan demikian, karakter-karakter itu juga memudahkan kita untuk mengevaluasi apakah Ramadhan kita telah berhasil atau belum.


Diantara karakter orang yang bertaqwa itu, Allah memfirmankannya dalam QS. Ali Imran ayat 133-135. Di situ Allah Azza wa Jalla menunjukkan empat karakter orang yang bertaqwa.


Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan, dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran : 133-135)
Inilah empat karakter orang yang bertaqwa. Pertama, يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ "berinfaq baik dalam kondisi lapang maupun sempit."

Orang yang bertaqwa itu suka berinfaq, suka bersedekah, baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Dalam kondisi kaya atau dalam kondisi belum kaya. Baik tanggal muda maupun tangga tua. Karakter itulah yang dengan mudah kita dapatkan pada generasi sahabat Nabi. Generasi yang paling bertaqwa dari umat ini.

Menjelang perang Tabuk, para sahabat berbondong-bondong untuk berinfak. Yang kaya infak, banyak. Yang miskin juga berinfak, sesuai kemampuan mereka. Umar datang kepada Nabi untuk menginfakkan separuh hartanya. Abu Bakar bahkan menginfakkan seluruh hartanya. Melihat kedermawanan Abu Bakar, Umar mengomentari, "Sungguh, aku tidak pernah bisa melebihi kebaikan Abu Bakar."

Begitu banyak kisah-kisah kedermawanan para sahabat dan kegemaran mereka dalam berinfak. Baik mereka yang kaya atau yang miskin. Baik mereka yang sedang dalam kondisi lapang atau sempit. Suatu malam, ada tamu Nabi yang singgah di rumah Abu Thalhah. Saat itu sebenarnya Abu Thalhah dalam kondisi sempit, sangat sempit. Bahkan ia tidak memiliki makanan di malam itu kecuali untuk anaknya. Namun kegemarannya berinfak membuat ia dan istrinya Ummu Sulaim membujuk anak-anaknya agar tidur tanpa makan malam. Sedangkan makanan itu disuguhkan kepada sang tamu. Ketika makanan dihidangkan, lampu dimatikan dan Abu Thalhah pura-pura makan padahal ia tak lagi memiliki makanan. Sang tamu makan hingga selesai, sedangkan Abu Thalhah menemaninya tanpa diketahui tamunya bahwa ia tidak makan apa-apa.

Maka para sahabat Nabi, sebagaimana juga orang-orang yang gemar berinfak, hidupnya diberkahi Allah. Dimudahkan Allah. Tidak ada ceritanya orang yang miskin gara-gara sedekah. Meskipun Umar bin Khatab menyedekahkan separuh hartanya dan Abu Bakar menyedekahkan seluruh hartanya, tidak ada ceritanya kemudian Umar dan Abu Bakar bangkrut gara-gara itu. Sedekah dibalas Allah 10 hingga 700 kali lipat, dan sering kali itu juga dibalas di dunia ini. Maka sedekah membuat harta berlimpah dan berkah, jiwa tenang, bahaya dan penyakit serta berbagai madharat terhindarkan.

Betapa banyaknya orang yang mengatakan, saya sedekah kalau nanti sudah kaya. Saya berinfak nanti kalau sudah banyak harta. Orang yang bertaqwa tidak mengatakan itu. Orang yang bertaqwa gemar bersedekah baik di waktu lapang maupun di waktu sempit. Jangan menunggu kaya untuk bersedekah, tetapi bersedekahlah sekarang maka kita akan kaya.

Jika selepas Ramadhan, kita menjadi gemar berinfak maka itu adalah tanda bahwa puasa kita berhasil, insya Allah. Jika di bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya kita menjadi suka bersedekah, insya Allah itu adalah tanda bahwa kita lebih dekat dengan taqwa, tanda berhasilnya puasa kita.

Karakter kedua orang yang bertaqwa adalah, وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ "menahan marah"
Dalam tafsir Fi Zhilalil Qur'an dijelaskan bahwa marah adalah perasaan manusiawi yang diiringi dengan naiknya tekanan darah. Manusia tidak dapat menundukkan kemarahan ini kecuali dengan perasaan halus dan lembut yang bersumber dari pancaran taqwa, dan dengan kekuatan ruhiyah yang bersumber dari pandangannya kepada ufuk lebih luas daripada ufuk dirinya dan cakrawala kebutuhannya.

Menahan marah artinya tidak menuruti kemarahan ketika emosi itu muncul atau tersulut. Marah, apalagi tanpa alasan jelas, membuat pikiran tertutup kabut emosi, kebijaksanaan hilang, terburu-buru dan minim kontrol. Karenanya betapa banyak orang yang hancur gara-gara tidak mampu menahan marah. Suami yang menuruti kemarahan kepada istri bahkan karena masalah sepele membuat rumah tangga berantakan hingga timbul perceraian, karena ia marah lalu terucap talak tanpa pikir panjang. Setelah berlalu masa iddah barulah ia menyesal telah menceraikan istrinya, hidupnya kacau dan jadilah ia orang yang paling lemah.

Seorang atasan yang tak mampu menahan marah, ia suka tersulut emosi dan membuat keputusan yang menzalimi anak buahnya. Seorang pemimpin yang suka marah, ia juga bisa menzalimi orang yang dipimpinnya dan membawa kerugian dan kehancuran bagi institusi, perusahaan, daerah atau bahkan negara yang dipimpinnya. Orang yang tidak mampu menahan marah sesungguhnya adalah orang yang lemah. Dan sebaliknya, orang yang mampu menahan marah sesungguhnya adalah orang yang kuat, bahkan paling kuat.

Rasulullah SAW bersabda,
Orang yang kuat itu bukanlah orang yang jago gulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika sedang marah (HR. Bukhari dan Muslim)
Puasa Ramadhan satu bulan lamanya mendidik kita untuk mengendalikan emosi. Rasulullah memerintahkan jika ada orang yang menyulut emosi atau mengajak kita berkelahi agar kita menjawabnya dengan tenang "inni shaaimun: sesungguhnya aku sedang berpuasa."

Maka jika selepas Ramadhan kita kini lebih mudah menahan marah, lebih mudah mengendalikan emosi, insya Allah itu adalah tanda keberhasilan puasa kita sekaligus tanda dekatnya kita dengan predikat taqwa. Lihatlah Rasulullah yang tidak pernah marah karena masalah pribadi. Diludahi orang sewaktu di Makkah, beliau tidak marah. Dilempari batu ketika beliau berdakwah di Thaif, beliau tidak marah, malah mendoakan mereka. Apalagi kehidupan beliau bersama istrinya, jauh dari marah. Pernah suatu malam beliau pulang kemalaman karena dakwah, Aisyah sudah tertidur dan pintu rumah sudah dikunci. Beliau salam tiga kali istrinya tidak dengar, maka beliau pun tidur di luar. Beliau tidak marah, bahkan ketika Aisyah bangun dan membukakan pintu di sepertiga malam terakhir, Rasulullah lebih dulu meminta maaf.

Karakter ketiga orang yang bertaqwa adalah, وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ "memaafkan manusia"
Menurut Sayyid Quthb dalam tafsir Fi Zhilalil Qur'an, menahan marah adalah fase pertama, dan itu tidak cukup. Ia harus diiringi dengan memberikan maaf. Karena ada kalanya orang tidak menampakkan kemarahan tetapi ia memendam benci dan dendam. Kemarahan yang disimpan itu menyakitkan hati dan menghanguskan jiwa, tetapi dengan memaafkan maka lepaslah ia dari sakit hati dan seketika jiwanya menjadi lapang dan damai, meninggi ke langit suci.

Menjadi momentum yang tepat bahwa selepas Ramadhan kita saling memaafkan. Halal bi halal, meskipun istilahnya diambil dari bahasa Arab, tidak dikenal di dunia Arab. Tetapi bukan berarti itu terlarang. Justru dengan budaya halal bi halal ada sarana bagi kita untuk saling memaafkan. Meskipun demikian, memaafkan tidak hanya di bulan Syawal saja.

Orang yang bertaqwa itu suka memaafkan orang lain. Maka untuk mengetahui apakah puasa Ramadhan kita berhasil atau tidak salah satunya adalah melihat ini: apakah kita sudah memaafkan orang lain? Apakah kita suka memaafkan orang lain? Apalagi jika orang itu adalah istri kita, orang tua kita, anak-anak kita, keluaraga dan saudara kita, atau teman-teman kita.

Karakter ketiga orang yang bertaqwa disebutkan Allah di ayat 135.
dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS. Ali Imran : 133-135)
Orang yang bertaqwa itu segera bertaubat kepada Allah jika ia melakukan kesalahan atau kemaksiatan. Ia segera menyadari kesalahannya, ingat Allah, memohon ampun dan tidak meneruskan kesalahannya.

"Faahisyah" yang diterjemahkan dengan perbuatan keji dalam ayat tersebut adalah perbuatan dosa yang besar dan sangat buruk. Namun begitu besarnya rahmat Allah, sehingga meskipun hambaNya berbuat dosa besar dan sangat buruk, ia bisa menjadi muttaqin asalkan bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dan dosa besar itu tidak menutupnya dari peluang taqwa asalkan ia bertaubat.

Maka mengukur ketaqwaan kita, mengukur keberhasilan puasa kita salah satu indikatornya adalah apakah kita suka bertaubat atau tidak. Jika kita melakukan kesalahan segera bertaubat dengan menyadari kesalahan itu, mengingat Allah dan memohon ampunan-Nya serta tidak meneruskan kesalahan itu, insya Allah puasa kita berhasil dan kita lebih dekat dengan taqwa. Tetapi jika kita sadar dengan dosa dan kemaksiatan yang kita lakukan tetapi menunda-nunda taubat, meneruskan menikmati maksiat, maka itu berarti kita jauh dari taqwa dan khawatirlah bahwa puasa Ramadhan kita tidak mendapatkan hasil apa-apa kecuali lapar saj
a. Waallahu'Alam
 

Aug 14, 2012

Keep Your Head High With Da'wah..

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
  Assalamualikum, Ya Ikhwan dan Akhwat JOM DA'WAH..
  OBJEKTIF PROGRAM,


  • MENANGKIS SALAH FAHAM TERHADAP ISLAM
  • MELATIH PENDAKWAH MENYAMPAIKAN MESEJ ISLAM TERHADAP ORANG BUKAN ISLAM
  • MELATIH PENDAKWAH YANG PAKAR MEMBIMBING MUALLAF

  • Antara tajuk-tajuk pembentangan:


    Kewajipan Berdakwah
    Salahfaham Terhadap Agama Islam
    Sejarah agama Kristian
    Quran and Bible
    Al Quran and Science
    Muhammad in the Bible
    7 Persoalan Asas Tentang Kristian
    Pengajian Bible
    Buddhism
    Hinduism

    Penceramah jemputan yang sangat berpengalaman dalam dakwah ialah:

    1. Bro Lim Jooi Soon
    Penasihat PERKIM Ampang
    Pengerusi PERKIM Melaka


    2. Bro Mohammad Amin Yaacob
    Penulis buku:
    Isa Al-Masih: Jawapan Terhadap Risalah Kristian
    7 Persoalan Berkenaan Asas-Asas Agama Kristian
    Keaslian Al-Quran


    Bayangkanlah suatu hujung minggu kita pergi berkelah bersama keluarga ke pusat peranginan di tanah tinggi seperti di Genting Highland (tanpa singgah di kasino). Bila sampai ke puncak yang paling tinggi, kita pun menghamparkan tikar dan mula menjamu selera bersama-sama dengan keluarga. 

    Dalam kelekaan kita makan dan minum, anak kita yang berumur 2 tahun telah berlari-lari sampai ke hujung tebing; dihadapannya adalah jurang yang cukup dalam. Na’uzubillah, cuba bayangkan anak atau adik kita yang berumur 2 tahun berada dalam situasi itu. Cemas tak? Betul-betul sebelah anak kita ada seorang lelaki dewasa yang sihat dan waras. Apa yang perlu dilakukannya adalah hulurkan tangan dia dan pegang anak kita, InsyaAllah anak kita akan selamat.

    Tetapi... Lelaki tadi tidak endahkan anak kita dan anak kita melangkah lagi lalu jatuh kedalam gaung dan mati. Ketika itu adakah kita akan ucapkan terima-kasih kepada lelaki itu kerana tidak masuk campur dalam urusan orang lain? Tidak, kita akan salahkan dia kerana tidak mahu menolong anak kita. Kita akan tuduh lelaki itu sebagai seorang yang sangat kejam.
    Ya Ikhwat serta Akhwat ku sekalian, sebenarnya kitalah orang-orang Islam yang memegang watak lelaki yang kejam tadi. Kita ada ramai kenalan bukan Islam seperti rakan kerja, kawan, jiran dan sebagainya tetapi kita tidak pernah buka mulut untuk menyampaikan mesej Islam. Kita biarkan sahaja mereka mati dalam keadaan kafir. Di akhirat nanti mereka akan mengadu kepada Allah dan akan menarik kita sama-sama masuk ke dalam neraka, Na’uzubillah. Apakah alasan yang akan kita berikan pada Allah ketika itu? Marilah kita sama-sama bangun dan sampaikan da’wah kepada orang-orang bukan Islam sambil melakukan islah sesama orang Islam.


    Sketsa dari blog Bro Shah Kirit

    Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
    (Al-Hujuraat 13).
    Dan tidak ada yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada (mengesakan dan mematuhi perintah) Allah, serta ia sendiri mengerjakan amal yang soleh, sambil berkata: Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang Islam.”
    (Fussilat: 33)
      Waallahu'Alam..

    Mar 3, 2012

    Eternal Warranty..


    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



    تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ مَا اِنْ تَمَسَكْتُمْ بِهِمَا لَنْ تَضِلُّوْا اَبَدَ
    كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِى
    Ku tinggalkan kepadamu (umat Islam) dua pusaka abadi, apabila kamu berpegang kepadanya
    nescaya kamu tidak akan sesat ,iaitu Kitab Allah (Al Quran) dan Sunnahku

    Terpaku mata melihat, dan leka jari-jemari terus manaip, menaip bait-bait ilmu yang ditimba dan di tadah untuk disampai, dan Insya'Allah terus disampaikan sekadar yang mampu..
    Monitor dan PC menjadi teman baik dikala Goggle Translate dan Thesaurus menjadi peneman memperbetulkan kalimah yang terpadam dari lubuk ingatan dan kotak minda yang kian rapuh..
    Namun kota dan negara hati yang terus mengharapkan hidayah dan mengharapkan rasa Cinta kepada Kekasih yang satu dan Tuhan yang mengurniakan hati berserta dengan mata yang mempu melangkauwi pendirian akal dan sekali gus nafsu terus terfikir dan termenung sejenak, dan terus menimbulkan bibit-bibit persoalan..
    Persoalan yang timbul sejenak singgah di madrasah Subuh,
    Tiada yang kekal abadi bukan? Setiap yang berjalan dimuka bumi ini tiada jaminan bagi mereka bukan? Tetapi mana silapnya, Kenapa tiada jaminan bagi sesuatu itu, paling jauh jaminan mungkin seumur Hidup..
    Namun apa jaminan sesudah hidup, Dimana jaminan cagaran seumur hidup yang lenyap dikala jasad kaku menuggu dikambus debu dan tanah berlumpur?
    Tetapi kita silap, Islam telah memberikan jaminan jaminan yang sudah ramai mengetahuinya, tetapi sejauh mana kita meyakini jaminan itu, Jaminan yang tiada bakal sesat mereka yang berpegang dengan Kalam Allah dan tutur kata serta perbuatan kekasih Allah yang satu..
    ********************************************************
    Al-Quran menduduki Ranking dan Melebihi dari Carta 20 mahupun Carta Hati dalam kehidupan insan Muslim. Pembangunan pelbagai aspek Tamadun Islam mestilah berteraskan nilai-nilai murni yang bertitik tolak dari panduan wahyu Illahi yakni al-Quran dan al-Sunnah. Bukan berdasarkan panduan jelmaan akal manusia yang terikat dengan suluhan anggota pancaindera manusia semata-mata. Anggota pancaindera terbatas keupayaannya sebagai sumber ilmu.

    Mengenai al-Quran, Allah antara lain telah berfirman yang bermaksud,
    "Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-Kitab (al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnua (1); sebagai bimbingan yang lurus untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman,yang mengerjakan amal salih, bahawa mereka akan mendapat pembalasan yang baik (2), mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya (3)" -surah al-Khafi [18]:ayat 1-3)
    Al-Quran al-Karim adalah merupakan mukjizat,imam dan akhlaq Rasulullah sallallau alaihi wa sallam. Ia juga sebagai Highlight dada Baginda serta cahaya hatinya dan penghilang kesedihannya. Generasi para sahabat radiyallahu anhum ajma'in, adalah merupakan contoh unggul dalam mendemokrasikan keimanan dan amalan berdasarkan petunjuk al-Quran hingga generasi ini dikenali sebagai generasi al-Quran. Inilah generasi yang merupakan alumni cemerlang keluaran madrasah Nabawiyyah sallallahu alaihi wa sallam berserta gulungan Ijazah yang Kekal abadi.

    Allah telah memberikan kemulian kepada kita sebagai kaum muslimin dengan menganugerahkan Kitab Suci yang terbaik yang diturunkan kepada manusia. Rabb juga telah memuliakan kita dengan mengutus Nabi yang terbaik yang pernah diutus kepada manusia.

    Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang maksudnya,
    "Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah Kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemulian bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?" (surah al-Anbiya' [21]: ayat 10).
    Kitalah,kaum muslimin satu-satunya umat yang memiliki manuskrip langit yang paling 'authenthic', yang diberikan untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia. Infact Bukan saja 'authentihic' tetapi exotic dan bukan calang-calang kitab. Anugerah ini terus terpelihara dari perubahan dan pemalsuan kata mahupun makna. Allah telah menjamin untuk memeliharanya dan tidak dibebankan tugas itu kepada sesiapapun dari sekalian makhluk-Nya.

    Allah berfirman; yang maksudnya,
    "sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya"(surah al-Hijr [15]: ayat 9).
    Al-Quran adalah Kitab Illahi 100%, dan Kitab complete set berserta Volume dari Konsep Muamalat, Politik, Hudungan kekeluarga sehingga adab dan kebersihan. Mengenai kedudukan ini, Allah berfirman, yang maksudnya,
    "Alif Lam Ra (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu"(surah Hud [11]:ayat 1)
    Allah Subhanahu wa Ta ala berfirman; yang bermaksud,
    "...dan sesungguhnya al-Qur'an itu adalah Kitab yang mulia (41).Yang tidak datang kepadanya (al-Quran) kebatilan baik dari depan mahupun dari belakangnya,yang diturunkan dari Tuhan Yanh Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji" (surah Fussilat [41]:41-42).
    Tidak ada di dunia ini,suatu Kitab - baik kitab itu Kitab agama mahupun kitab biasa - yang terjaga dari perubahan dan pemalsuan, kecuali al-Qur'an.Tidak ada seorangpun yang dapat menambah atau mengurangi satu huruf pun darinya.Ayat-ayatnya dibaca,didengarkan,di hafal dan dijelaskan sebagaimana bentuknya ketika diturunkan Allah Subhanahu wa Ta ala kepada Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wa sallam dengan perantaraan ruh yang terpecaya iaitu Malaikat Jibril 'alaihi al-salam.

    Menegaskan pentingnya ummah memberi perhatian yang setepatnya kepada al-Qur'an,Syaikh Yusuf al-Qaradawi dalam Madkhal al-Ma'rifah al-Islam menulis;    
    "Adalah menjadi satu keperluan (agar kita dapat beramal dengan al-Qur'an dan mengikut petunjuknya dengan baik).Kita hendaklah jelas apa yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dari kita dalam Kitab-Nya.Ini bergantung kepada sejauh manakah kita memahaminya dengan baik serta ketepatan dalam pentafsiran kita terhadap ayat serta hukum-hakamnya hinggalah kita tidak mengatakan sesuatu yang tidak dikatakan oleh al-Qur'an atau mengandaikan apa yang tidak diandaikan olehnya,atau kita menambah sesuatu yang bukan darinya atau mengurangkannya,atau mendahulukan apa yang dikemudiankannya,atau mengkemudiankan apa yang didahulukankannya.Ini memerlukan kepada kaedah dan disiplin tertentu yang dapat menghalang permainan orang-orang yang engkar,putar-belit orang-orang yang jahil dan penyelewengan orang-orang yang menyeleweng.    

    ******************************************
    Dalam konteks kehidupan ummah dan bermasyarakat, al-Sunnah merupakan model hidup kepda merealisasikan tatacara hidup uamat islam. Mengenai kedudukan ini,Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman;yang maksudnya,
    "Katakanlah:"Jika kamu(benar-benar)mencintai Allah ikutilah aku,nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah  Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"(surah Ali'Imran [31]:ayat31).
    Dalam ayat yang lain ,Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang maksudnya,
    "Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia.Dan apa yang dilarangnnya bagimu maka tinggalkan, dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya" (surah al-Hasyr[59]:ayat 7; lihat juga surah al-Nur [24]:ayat 48-52).
    Merujuk kepada al-Sunnah,Rasululluah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang maksudnya,
    "Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan barangapa yang diutuskan aku dengannya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah seumpama seorang lelaki yang mendatangi kaumnya an berkata: "Wahai kaumku!,sesungguhnya aku telah melihat sepasukan tentera dengan mata keplaku dan sesungguhnya aku pembawa berita ancaman, selamatkanlah diri kamu, selamatkanlah diri kamu. Maka ia telah ditaati sekumpulan orang dari kaumnya dan merekapun meninggalkan tempat itu pada awal waktu malam dengan sembunyi-sembunyi maka merekapun selamat.Adapun golongan lagi mereka yang mendustakannya,maka mereka dimusnahkan oleh pihak musuh pada awal-awal pagi lagi.begitulah perumpamaan barangsiapa yang mentaatiku lalu mengikuti apa yang aku bawa dan perumpamaan barangsiapa yang mengengkariku,ia mendustakan apa yang aku bawa dari kebenaran" (hadith riwayat al-Bukhari daripada Abu Musa radiyallahu 'anh, Sahih al-Bukhari Jil.IX, Kitab al_I'tisam bi al-Kitab wa al-Sunnah,bab al-Iatida' bi sunan Rasululluah sallallahu 'alaihi wa sallam...,hadith no.6906)

    Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam turut bersabda; yang maksudnya,
    'Barangsiapa yang taat padaku,bererti telah taat kepada Allah.Dan barangsiapa yang mendurhakaiku,bererti telah durhaka kepada Allah" (hadith riwayat Imam Ibn Majah daripada Abu Hurairah radiyallahu sallallahu 'alaihi wa sallam, hadith no.3)
    Sunnah ialah semua perkara yang bersumber daripada Nabi Muhammad sallallahu 'alaihi wa sallam sama ada perkataan,perbuatan,ataupun pengakuan baginda(Muhammad, 1996:4). Sunnah berbeza dengan al-Qur'an. Ini adalah Sunnah bukanlah kalam Allah tetapi ia merupakan kalam Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam, perbuatannya atau pengakuannyan Baginda. Walau bagaimanapun, makna yang disampaikan adalah daripada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Berhubung dengan kedudukan ini ,Rasulullah sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang maksudnya,
    "Ketahuilah bahawa Daku telah diberi al-Kitab dan yang menyamainya..."(hadith riwayat Abu Dawud daripada al-Miqdam bin Ma'dikarib radiyallahu 'ann, SunanAbu Dawud Jil. V, Awwal Kitab al-Sunnah, bab fi luzumi al-sunnah, hadith no.4436)
    Semoga Allah Subhanahu wa Ta 'ala mengurniakankapada kita tawfiq dan hidayah-Nya untuk kita mempelajarinya,mengkaji dan menhayati tututan Al-Quran serta al-Sunnah dalam semua dimensi kehidupan kita dan sekali gus menjadi refleksi yang hidup kepada Generasi Al-Quran dan al-Sunnah Yang meyeluruh dan berbendtuk Three-Dimensional yang meliputi seluruh Aspek dan perkara.

    Wallahu' Alam...

    Feb 28, 2012

    ..حول الأصدقاء

    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
    “Sebaik baik sahabat di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap temannya dan sebaik baik jiran di sisi Allah ialah orang yang terbaik terhadap jirannya.” (Hadis riwayat al-Hakim)

    Dari Nu’man bin Basyir r.a., Rasulullah SAW bersabda,
    “Perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang di antara mereka adalah seumpama satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit maka mengakibatkan seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur.” (Hadis riwayat Muslim)

    “Seorang Muslim adalah saudara muslim lainnya, ia tidak menzaliminya, merendahkannya, menyerahkan (kepada musuh) dan tidak menghinakannya.” (Hadis riwayat Muslim)

    “Teman yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama, melihat gerak-gerinya teringat mati.”
    Banyak sekali hadis tentang kawan/sahabat ini. Ada pula pepatah Melayu mengatakan, “Berkawan biar seribu, berkasih biar satu.” Saya lebih selesa dengan berkawan biar berpada jumlahnya, lihat kualiti, bukan kuantiti. Berkasih jangan cuma satu sahaja, kalau mampu, biar ramai. Kasihkan Allah, Rasul-Nya, pasangan (suami/isteri) , anak-anak, keluarga, kaum kerabat, jiran dan juga kawan atau sahabat. Baru betul!^__^

    Allah SWT menciptakan makhluk di atas muka bumi ini berpasang-pasangan. Begitu juga manusia, tidak akan hidup bersendirian. Kita tidak boleh lari dari berkawan dan menjadi kawan kepada seseorang. Jika ada manusia yang tidak suka berkawan atau melarang orang lain daripada berkawan, dia dianggap ganjil dan tidak memenuhi ciri-ciri sebagai seorang manusia yang normal.

    Inilah antara hikmah, kenapa Allah SWT mencipta manusia daripada berbagai bangsa, warna kulit dan bahasa. Firman Allah SWT yang bermaksud:
    “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal (dan beramah mesra antara satu sama lain). Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (surah al-Hujurat [049] ayat 13)
    Dalam Islam, faktor memilih kawan amat dititik-beratkan. Hubungan persahabatan adalah hubungan yang sangat mulia, kerana kawan atau sahabat berperanan dalam membentuk personaliti individu. Ada kawan yang sanggup bersusah-payah dan berkongsi duka bersama kita, dan tidak kurang juga kawan yang nampak muka semasa senang dan hanya sanggup berkongsi kegembiraan sahaja.

    Terdapat ayat yang mengisyaratkan mengenai peranan dan pengaruh kawan, antaranya firman-Nya yang bermaksud:
    “Wahai orang yang beriman! Bertakwalah dan hendaklah kamu bersama-sama orang yang bersifat benar.” (Surah at-Taubah, ayat 119)
    Pendek kata sahabat boleh menentukan corak hidup kita. Justeru, jika salah pilih sahabat kita akan merana dan menerima padahnya. Selari dengan hadis Rasululah SAW yang bermaksud:
    “Seseorang itu adalah mengikut agama temannya, oleh itu hendaklah seseorang itu meneliti siapa yang menjadi temannya.” (Hadis riwayat Abu Daud).
    Hadis al-Bukhari dari Abu Musa al-Asy'ari, bermaksud:
    “Diumpamakan rakan yang soleh dan rakan yang jahat ialah seperti (berkawan) dengan penjual minyak wangi dan tukang besi. Penjual minyak wangi tidak akan mensia-siakan anda, sama ada anda membelinya atau hanya mendapat bau harumannya. Tukang besi pula boleh menyebabkan rumah anda atau baju anda terbakar, atau mendapat bau busuk.”
    Apakah ciri-ciri seorang sahabat yang baik? Nasihat yang boleh diikuti dalam membina persahabatan ialah sebagaimana pesanan al-Qamah (seorang sahabat Rasulullah SAW) kepada anaknya:
    “Wahai anakku, sekiranya engkau berasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka hendaklah engkau memilih orang yang sifatnya seperti berikut:

    1 - Pilihlah sahabat yang suka melindungi sahabatnya, dia adalah hiasan diri kita dan jika kita dalam kekurangan nafkah, dia suka mencukupi keperluan.

    2 – Pilihlah seorang sahabat yang apabila engkau menghulurkan tangan untuk memberikan jasa baik atau bantuanmu, dia suka menerima dengan rasa terharu, jikalau ia melihat kebaikan yang ada pada dirimu, dia suka menghitung-hitungka n (menyebutnya) .

    3 – Pilihlah seorang sahabat yang apabila engkau menghulurkan tangan untuk memberikan jasa baik atau bantuanmu, ia suka menerima dengan rasa terharu dan dianggap sangat berguna, dan jika ia mengetahui mengenai keburukkan dirimu ia suka menutupinya.

    4 – Pilihlah sahabat yang jikalau engkau meminta sesuatu daripadanya, pasti ia memberi, jikalau engkau diam, dia mula menyapamu dulu dan jika ada sesuatu kesukaran dan kesedihan yang menimpa dirimu, dia suka membantu dan meringankanmu serta menghiburkanmu.

    5 – Pilihlah sahabat yang jikalau engkau berkata, ia suka membenarkan ucapan dan bukan selalu mempercayainya saja. Jikalau engkau mengemukakan sesuatu persoalan yang berat dia suka mengusahakannya dan jika engkau berselisih dengannya, dia suka mengalah untuk kepentinganmu.

    Dalam memilih sahabat hendaklah memilih sahabat yang baik agar segala matlamat dan hasrat untuk memperjuangkan Islam dapat dilaksanakan bersama-sama sahabat yang mulia.
    Sebagai remaja yang terlepas daripada pandangan ayah ibu berhati-hatilah jika memilih kawan. Kerana kawan, kita bahagia tetapi kawan juga boleh menjahanamkan kita. Setelah kita dewasa, kita juga perlu berhati-hati memilih kawan kerana kita tidak mahu kawan-kawan yang melalaikan kita kepada Maha Pencipta. Kawan yang baik membantu kita ke arah pencapaian matlamat, iaitu kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat. Kawan yang tidak baik hanya membantutkan usaha kita ke arah itu.
    Dalam kitab al-Hikam ada menyebut, “Jangan berkawan dengan seseorang yang tidak membangkitkan semangat taat kepada Allah, amal kelakuannya dan tidak memimpin engkau ke jalan Allah.” Dalam satu hadis yang bermaksud, “Seseorang akan mengikuti pendirian (kelakuan) temannya, kerana itu tiap orang harus memilih siapakah yang harus didekati sebagai kawan (teman).”

    Sufyan Astsaury berkata, “Siapa yang bergaul dengan orang banyak harus mengikuti mereka, dan siapa mengikuti mereka harus bermuka-muka pada mereka, dan siapa yang bermuka-muka kepada mereka, maka binasalah seperti mereka pula.”
    Hati-hatilah atau tinggalkan sahaja sahabat seperti di bawah:

    1. Sahabat yang tamak: ia sangat tamak, ia hanya memberi sedikit dan meminta yang banyak, dan ia hanya mementingkan diri sendiri.

    2. Sahabat yang hipokrit: ia menyatakan bersahabat berkenaan dengan hal-hal lampau, atau hal-hal mendatang; ia berusaha mendapatkan simpati dengan kata-kata kosong; dan jika ada kesempatan membantu, ia menyatakan tidak sanggup.

    3. Sahabat pengampu: Dia setuju dengan semua yang kamu lakukan tidak kira betul atau salah, yang parahnya dia setuju dengan hal yang tidak berani untuk menjelaskan kebenaran, di hadapanmu ia memuji dirimu, dan di belakangmu ia merendahkan dirimu.

    4. Sahabat pemboros dan suka hiburan: ia menjadi kawanmu jika engkau suka pesta, suka berkeliaran dan ‘melepak’ pada waktu yang tidak sepatutnya, suka ke tempat-tempat hiburan dan pertunjukan.
    Ali bin Abi Thalib r.a. berkata,
    “Sejahat-jahat teman ialah yang memaksa engkau bermuka-muka dan memaksa engkau meminta maaf atau selalu mencari alasan.”
    Dan sekiranya engkau berkawan seorang bodoh yang tidak menurutkan hawa nafsunya, lebih baik daripada berkawan dengan orang alim yang selalu menurutkan hawa nafsunya. Maka ilmu apakah yang dapat digelarkan bagi seorang alim yang selalu menurutkan hawa nafsunya itu, sebaliknya kebodohan apakah yang dapat disebutkan bagi seorang yang sudah dapat mengekang (menahan) hawa nafsunya.

    Bagaimana akan dinamakan bodoh, seorang yang telah dapat menahan dan mengekang hawa nafsunya, sehingga membuktikan bahawa semua amal perbuatannya hanya semata-mata untuk keredhaan Allah SWT dan bersih dari dorongan hawa nafsu. Sebaliknya, apakah erti suatu ilmu yang tidak dapat menahan atau memimpin hawa nafsu dari sifat kebinatangan dan kejahatannya.
    D alam sebuah hadis ada keterangan : “Seorang itu akan mengikuti pendirian sahabat karibnya, kerana itu hendaknya seseorang itu memperhatikan, siapakah yang harus dijadikan kawan.”
    Menurut ahli syair pula : “Sesiapa bergaul dengan orang-orang yang baik, akan hidup mulia. Dan yang bergaul dengan orang-orang rendah akhlaknya, pasti tidak mulia.”

    Bersahabat dengan yang lebih rendah budi dan imannya sangat berbahaya, sebab persahabatan itu saling pengaruh-mempengaruhi, percaya-mempercayai sehingga dengan demikian sukar sekali untuk dapat melihat datu memperbaiki kesalahan sahabat yang kita sayangi, bahkan kesetiaan sahabat akan membela kita dalam kesalahan dosa kekeliruan itu, yang dengan itu kita pasti akan binasa kerananya.

    Hati-hatilah memilih kawan, kerana kawan boleh menjadi cermin peribadi seseorang. Apa pun berkawanlah kerana Allah SWT untuk mencari redha-Nya.

    "Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan itu hanyalah orang-orang yang tidak beriman dengan ayat-ayat Allah dan merekalah pembohong-pembohong." (An-Nahl ayat 105)

    "Barangsiapa mengatakan dariku apa yang aku tidak katakan, maka hendaklah Ia bersedia mengambil tempatnya dari Neraka."(HR: Az-Zahabi dlm Al-Kabair.)

     
    Jazakumuallahu Khair..

    Jan 28, 2012

    Istiharkanlah.. Wahai Islam..

    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


    "Akan ada orang-orang yang pandai mengucap al-Quran di bibirnya, akan tetapi tidak sampai di hatinya. mereka menuntut ilmu belajar al-Quran dan menamakan dirinya Qari, mungkin akan ada di antara anda hai sahabatku, maka awas-awaslah terhadap mereka itu kerana, akan melihat kelak bahawa mereka akibatnya akan masuk Neraka.."
    Al-Quran  perlembagaan kami.. Mungkin tidak pernah lekang bait-bait ini diperdengarkan serta dipantunkan.. Tapi apakah cara dan usaha kita dalam merialisasikan slogan al-Quran sebagai panduan kami??
    "Segala puji terentu bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya (Muhammad), Kitab suci Al-Quran, dan tidak menjadikan padanya sesuatu yang bengkok (terpesong).. (Bahkan keadaannya) tetap benar lagi menjadi pengawas turunnya Al-Quran untuk memberi amaran (kepada orang-orang yang ingkar) dengan azab yang seberat-beratnya dari sisi Allah, dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman yang mengerjakan amal-amal soleh, bahawa mereka akan beroleh balasan yang baik.." (Al-KAhfi 1& 2)
    Hendaklah kamu beriman dengan sepenuh hatimu berserta pengakuan penuh perasaan bahawa al-Quran adalah Kitab Allah yang diturunkan oleh Allah SWT de dalam hati Rasulullah SAW sebagai pembawa berita gembira dan amaran kepada seluruh alam.. 
    Mungkin mudah jika tampak pada Lisan.. Namun perbuatan serta hati bukanlah semudah apa yang ditampak pada kehalusan ukiran lisan.. 

    Ketahuilah kau bahawa Allah mencabar orang kafir supaya mendatangkan sebuah kitab yang setanding denganya.. Sedar tidak sedar cabaran ini telah bereterusan semenjak ianya turun sehinggalah hari dimana Allah mewarisi bumi dan orang diatasnya iaini Qiamat.. 
    Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur'an ini, nescaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya (al-Qur’an), sekalipun sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian yang lain". (Al-Israq 88)
    Umumkanlah pada dunia, Bahawa sesiapa yang mengikuti panduan petunjuk Al-Quran dan berjalan diatas perinsip-perinsipnya, maka merekalah orang yang berada di atas hidayah dan laluan yang paling betul serta jalan yang paling lurus..
    "Wahai Ahli Kitab! Sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami (Muhammad, s.a.w) dengan menerangkan kepada kamu banyak dari (keterangan-keterangan dan hukum-hukum) yang telah kamu sembunyikan dari Kitab Suci, dan ia memaafkan kamu (dengan tidak mendedahkan) banyak perkara (yang kamu sembunyikan). Sesungguhnya telah datang kepada kamu cahaya kebenaran (Nabi Muhammad) dari Allah, dan sebuah Kitab (Al-Quran) yang jelas nyata keterangannya. Dengan (Al-Quran) itu Allah menunjukkan jalan-jalan keselamatan serta kesejahteraan kepada sesiapa yang mengikut keredaanNya, dan (dengannya) Tuhan keluarkan mereka dari gelap-gelita (kufur) kepada cahaya (iman) yang terang-benderang, dengan izinNya; dan (dengannya juga) Tuhan menunjukkan mereka ke jalan yang lurus." (al-Maidah 15 & 16)
    Terangkanlah kepada manusia bahawa al-Quran itu bukanlah khusus untuk sesuatu bangsa atau ajam.. Tapi al-Quran itu milik Allah untuk semua umat dan setiap bangsa.. 
    "Maha berkat Tuhan yang menurunkan Al-Furqaan (al-Quran) kepada hambaNya (Muhammad), untuk menjadi peringatan dan amaran bagi seluruh penduduk alam." (al-Furqan 1)
    Serulah dengan sepenuh hati dan tenagamu bahawa sesiapa yang menetang al_quran dan berpaling dari jalanya mereka adalah orang yang paling bodoh, jahil dan zalim pada didri sendiri maka kelak butalah mata hatinya...
    “Dan sesiapa yang berpaling ingkar dari ingatan dan petunjukKu, maka sesungguhnya adalah baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan himpunkan dia pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Ia berkata: “Wahai Tuhanku, mengapa Engkau himpunkan daku dalam keadaan buta, padahal aku dahulu melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah keadaannya! Telah datang ayat-ayat keterangan Kami kepadamu, lalu engkau melupakan serta meninggalkannya, dan demikianlah engkau pada hari ini dilupakan serta ditinggalkan”. (Ta -Ha 124, 125 &126)
    Istiharkanlah secara terang-terangan sehingga dapat menegetuk pendengaran mereka yang tidak mengerti.. Mereka yang tidak mengetahui bahawa al-quran itu adalah perlembagaan, Al-Quran itu lambang kebijaksanaan, al-Quran itu manual dalam kehidupan dan al-Quran itu pemandu pelancong bagi tujuan hidup yang mulia dan laluan kemenagan.. 
    "Dan hendaklah engkau menjalankan hukum di antara mereka dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah dan janganlah engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka, dan berjaga-jagalah supaya mereka tidak memesongkanmu dari sesuatu hukum yang telah diturunkan oleh Allah kepadamu. Kemudian jika mereka berpaling (enggan menerima hukum Allah itu), maka ketahuilah, hanyasanya Allah mahu menyeksa mereka dengan sebab setengah dari dosa-dosa mereka; dan sesungguhnya kebanyakan dari umat manusia itu adalah orang-orang yang fasik. Sesudah itu, patutkah mereka berkehendak lagi kepada hukum-hukum jahiliyah? Padahal – kepada orang-orang yang penuh keyakinan – tidak ada sesiapa yang boleh membuat hukum yang lebih pada daripada Allah. " (al-Maidah 49 & 50)

    Waallahu Alam..
    Jazakumu Allhu Kahir...

    Dec 26, 2011

    Di Mana Jahilnya kita..

    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


    Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman (8) Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar (9) Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta (10)
    Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (11) Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (12)  Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman. Mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman? "Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh, tetapi mereka tidak tahu (13)
    Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: " Kami telah beriman ". Dan bila mereka kembali kepada syaithan-syaithan mereka, mereka mengatakan: " Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok " (14) Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terumbang-ambing dalam kesesatan mereka (15)  Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaannya dan tidaklah mereka mendapat petunjuk (16)
    Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat (17) Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar) (18) 
    Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang kafir (19) Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu (20)  [Al-Baqarah : 8 - 20]  

    "Mungkin di saat semua orang sedang sibuk membahaskan isu ini, aku yang disini baru mula membuka mukadimah memulakan kata.. 
    Mungkin diketika dulu isu ini panas di perkatakan aku diam seribu bahasa.. 

    Diamku bukan tanda setuju namun jauh sekali diamku tanda mengiakanya..

    Namun sebaliknya diamku menunggu dikala mana isu ini tidak panas diperkatakan.. 

    Diam ku menggu tibanya bahan dan testimoni untuk di bahaskan dan mencari bahan untuk diketengahkan.." 
    Entry ini bukan mengelas bukan pula melabel,Tiada daya upaya diri yang kerdil mahu melabel dan menunding jari akan dosa orang lain, malah bukan orang lain brother sister sendiri juga..

    Namun sebaliknya sedaya upaya aku mahu menegakkan benang yang basah, Benang yang tersimpul akibat dari mulut yang berbuih membebel tentang hukum dan syariat Allah..

    Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman. Janganlah kamu berdalih (dengan alasan-alasan yang dusta), kerana sesungguhnya kamu telah kufur sesudah kamu (melahirkan) iman. Jika Kami maafkan sepuak dari kamu (kerana mereka bertaubat), maka Kami akan menyeksa puak yang lain, kerana mereka adalah orang- orang yang terus bersalah" (at-Taubah : 65 - 66)
         
    Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Muhammad bin Ka’ab, Zaid bin Aslam dan Qotadah, hadits dengan rangkuman sebagai berikut. Disebutkan bahwa pada suatu perjalanan perang (yaitu perang Tabuk), ada orang di dalam rombongan tersebut yang berkata, “Kami tidak pernah melihat seperti para ahli baca Al-Qur’an ini (yang dimaksudkan adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya), kecuali sebagai orang yang paling buncit perutnya, yang paling dusta ucapannya dan yang paling pengecut tatkala bertemu dengan musuh.

    (Mendengar hal ini), ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata kepada orang tersebut, “Engkau dusta, kamu ini munafik. Aku akan melaporkan ucapanmu ini kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

    Maka ‘Auf bin Malik radhiyallahu ‘anhu pun pergi menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun sebelum ‘Auf sampai, wahyu telah turun kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (tentang peristiwa itu). Kemudian orang yang bersenda gurau dengan menjadikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai bahan candaan itu mendatangi beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sudah berada di atas untanya. Orang tadi berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami tadi hanyalah bersenda gurau, kami lakukan itu hanyalah untuk menghilangkan kepenatan dalam perjalanan sebagaimana hal ini dilakukan oleh orang-orang yang berada dalam perjalanan!”

    Ibnu Umar (salah seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berada di dalam rombongan) bercerita, “Sepertinya aku melihat ia berpegangan pada tali pelana unta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan kakinya tersandung-sandung batu sembari mengatakan, “Kami tadi hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.”

    Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya (dengan membacakan firman Allah):
    Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah 9 : 65-66).
    Beliau mengucapkan itu tanpa menoleh orang tersebut dan beliau juga tidak bersabda lebih dari itu.” (HR. Ibnu Jarir Ath Thobariy dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Umar dan Syaikh Muqbil dalam Ash-Shohihul Musnad min Asbabin Nuzul mengatakan bahwa sanad Ibnu Abi Hatim hasan)

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Dinukil dari Imam Syafi’iy bahwa beliau ditanyakan mengenai orang yang bersenda gurau dengan ayat-ayat Allah T’ala. Beliau mengatakan bahwa orang tersebut kafir dan beliau berdalil dengan firman Allah Ta’ala,
    Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (QS. At-Taubah 9: 65-66)”
    Ayat di atas menunjukkan bahwa mengolok-olok Allah, Rasulullah dan ayat-ayat Allah adalah suatu bentuk kekafiran. Dan barang siapa mengolok-olok salah satu dari ketiga hal ini, maka dia juga telah mengolok-olok yang lainnya (semuanya). (Lihat Kitab At Tauhid, Dr. Sholih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan, hal. 59)

    Jazakumu Allahu Khair..
    Waallahu'Alam..



    Dec 17, 2011

    Because He Is Muslim..

    بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

     














    Tribute to Palestinian.. 
    Jazakumu Allahu Khair...
    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

    Music Player